Rabu, 19 Mei 2010

Sistem Manusia – Mesin

Sistem Manusia – Mesin
Sistem manusia-mesin berkaitan dengan penggunaan mesin untuk membantu peningkatan produktifitas kerja manusia. Dalam banyak hal, teknologi baru telah menyiapkan mesin-mesin secara sempurna untuk menggantikan pekerjaan menusia. Akan tetapi, teknologi baru tersebut juga membawa suatu integritas yang lebih baik antara manusia dengan mesin, salah satu contohnya adalah display digital dan grafik yang lebih mudah dipahami serta kontrol-kontrol yang membutuhkan lebih sedikit usaha daripada sebelumnya.
Dalam sistem manusia-mesin terdapat dua interfensi penting dimana ergonomilah yang memegang peranan penting didalam hubungan tersebut. Interfence pertama adalah display yang dapat menghubungkan kondisi mesin pada manusia, lalu interfance kedua adalah kontrol, dimana manusia dapat menyesuaikan respon dengan feedback yang diperoleh dari display tadi. Jadi, antara display dan kontrol harus terdapat interaksi yang saling menyesuaikan.
Ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik; yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.

Sistem kerja di sini dimaksudkan sistem hubungan manusia-mesin (teknologi) yang dipertimbangkan sebagai sistem yang terpadu. Kalau di saat yang lalu perancangan mesin semata-mata ditekankan pada kemampuannya untuk berproduksi semata dengan atau sedikit sekali memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan elemen manusia maka sekarang dengan ergonomi proses perancangan mesin akan memperhatikan aspek-aspek manusia dalam interaksinya dengan mesin secara lebih baik lagi. Dengan kata lain di sini manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya dengan mesin yang dioperasikan melainkan sebaliknya, mesin dirancang dengan terlebih dulu memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikannya.
Hubungan Sistem Manusia-Mesin
1. Sistem manusia-mesin hubungan manual (manual machine).
Dalam sistem input akan langsung ditransformasikan oleh manusia menjadi output. Disini manusia memegang kendali secara penuh didalam melaksanakan aktivitasnya, peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

2. Sistem manusia semi otomatis (semi outomatic machine system).
Tidak seperti halnya pada manual sistem, mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia akan diolah atau dikontrol lebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum suatu output berhasil diproses.

3. Sistem manusia-mesin hubungan otomatis (automatic man machine system).
Disini mesin akan melaksanakan dua fungsi sekaligus yaitu menerima rangsangan dari luar dan pengendalian aktivitas seperti umumnya dijumpai dalam prosedur kerja yang normal. Fungsi operator disini hanyalah memonitor dan menjaga agar mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau mengganti dengan program baru apabila diperlukan.
Contoh hubungan mesin dengan manusia sudah seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti misalnya penggunaan kalkulator dalam operasi perhitungan. Dahulu kita menghitung secara manual, mungkin untuk perhitungan sederhana hal itu masih memungkinkan, namun akan sangat memakan waktu untuk operasi perhitungan yang lebih rumit. Namun kini sudah ada kalkulator yang memudahkan kita dalam melakukan operasi perhitungan. Untuk perhitungan yang rumit pun kini kita sudah bisa mengerjakannya dengan lebih mudah dan tentunya lebih efektif dan efisien.
Contoh lain misalnya dalam industri pembuatan kertas. Di sana terdapat berbagai jenis mesin seperti mesin penghancur kayu, mesin pembuat bubur kertas, mesin pewarna kertas, mesin pengering, sampai mesin pemotong kertas. Apa jadinya bila salah satu mesin tersebut didesain tanpa adanya ilmu ergonomi? Misalnya, pada mesin pengering yang tidak didesain dengan baik, sehingga pekerja yang menangani mesin tersebut tak tahu pada suhu berapa mesin tersebut bekerja. Mesin pengering yang seharusnya bekerja pada suhu 1000C malah diset pada suhu 2000C, sehingga kertas jadi terbakar. Tentunya hal yang kecil ini – tidak adanya indikator suhu pada mesin pengering – dapat menimbulkan efek domino dalam keseluruhan industri pembuatan kertas.
Tujuan pokok ergonomi adalah terciptanya desain sistem manusia-mesin yang terpadu sehingga efektivitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal. Pendekatan agro ergonomi menekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia, secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem menusia mesin yang integral. Dengan demikian pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan functional effectiveness dan kenikmatan-kenikmatan pemakai dari peralatan fasilitas maupun lingkungan kerja yang dirancang.

Jumat, 09 April 2010

Dampak dari Shift Kerja serta Solusi Mengenai Bagaimana Shif Kerja yang Baik yang Seharusnya Diterapkan oleh Perusahaan

Jam kerja merupakan bagian dari kondisi kerja yang menjadi salah satu indikator dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Munandar, 2001). Jam kerja terbagi menjadi jam kerja normal dan sistem shift. Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.
Monk dan Folkard (dalam Kyla, 2008) mengkategorikan tiga jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat. Dalam hal sistem shift rotasi, pengertian shift kerja adalah kerja yang dibagi secara bergilir dalam waktu 24 jam.
Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan berubah-ubah waktu kerjanya, pagi, sore dan malam hari, sesuai dengan sistem kerja shift rotasi yang ditentukan. Di Indonesia, sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari shift pagi (08.00-16.00), lima hari shift sore (16.00-24.00) dan lima hari shift malam (24.00-08.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir shift (Kyla, 2008).
Sistem kerja shift rotasi ada yang bersifat lambat, ada yang bersifat cepat. Dalam sistem kerja shift rotasi yang bersifat lambat, pertukaran shift berlangsung setiap bulan atau setiap minggu, misalnya seminggu kerja malam, seminggu kerja sore dan seminggu kerja pagi. Sedangkan dalam sistem kerja shift rotasi yang cepat, pertukaran shift terjadi setiap satu, dua, atau tiga hari (Scott & LaDou, dalam Adnan, 2002).
Banyak perusahaan beroperasi lebih dari 8 jam per hari untuk memenuhi kebutuhan pasar dan karena keterbatasan sumber daya atau fasilitas. Konsekuensinya, perusahaan harus melakukan shift kerja. Shift kerja adalah periode waktu dimana suatu kelompok pekerja dijadualkan bekerja pada tempat kerja tertentu. Disamping memiliki segi positif yaitu memaksimalkan sumber daya yang ada, shift kerja akan memiliki resiko dan mempengaruhi pekerja pada:

1. Aspek Fisiologis
Circadian rhythms adalah proses-proses yang saling berhubungan yang dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan perubahan waktu selama 24 jam (Tayyari dan Smith, 1997). Circadian rhythms menjadi dasar fisiologis dan psikologis pada siklus tidur dan bangun harian. Fungsi dan tahapan fisiologis dan psikologis memiliki suatu circadian rhythms yang tertentu selama 24 jam sehari, sehingga circadian rhythms seseorang akan terganggu jika terjadi perubahan jadwal kegiatan seperti perubahan shift kerja. Dengan terganggunya circadian rhythms pada tubuh pekerja akan terjadi dampak fisiologis pada pekerja seperti gangguan gastrointestinal, gangguan pola tidur dan gangguan kesehatan lain. Circadian rhythms berhubungan dengan suhu tubuh, tingkat metabolisme, detak jantung, tekanan darah, dan komposisi kimia tertentu pada tubuh. Circadian rhythms dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti terang, gelap, dan suhu lingkungan.

2. Aspek Psikologis
Stress akibat shift kerja akan menyebabkan kelelahan (fatique) yang dapat menyebabkan gangguan psikis pada pekerja, seperti ketidakpuasan dan iritasi. Tingkat kecelakaan dapat meningkat dengan meningkatnya stres, fatique, dan ketidakpuasan akibat shift kerja ini.

3. Aspek Kinerja
Dari beberapa penelitian baik di Amerika maupun Eropa, shift kerja memiliki pengaruh pada kinerja pekerja (Tayyari & Smith, 1997). Kinerja pekerja, termasuk tingkat kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik pada waktu siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift kerja harus diperhatikan kombinasi dari tipe pekerjaan, sistem shift dan tipe pekerja.

4. Domestik dan sosial
Shift kerja akan berpengaruh negatif terhadap hubungan keluarga seperti tingkat berkumpulnya anggota keluarga dan sering berakibat pada konflik keluarga. Secara sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi pekerja karena interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu.

Selain itu sebuah riset terbaru yang dirilis akhir November 2007, menyebutkan bekerja shift malam tak hanya mengacaukan ritme sirkadian (jam biologis tubuh), tapi juga memberikan peluang pada tubuh untuk memproduksi karsinogen (zat penyebab kanker). Studi yang dilakukan International Agency for Research on Cancer (IARC), divisi kanker dari WHO, menegaskan terjaga di malam hari memicu sel kanker payudara bagi perempuan dan kanker prostat bagi pria. Karena kerja shift malam menjadi faktor karsionen.
Para peneliti menduga kerja malam ini menganggu ritme sirkadian. Selain itu hormon melatonin yang berperan menghambat pertumbuhan tumor, normalnya diproduksi saat malam. Sehingga kurang tidur membuat sistem kekebalan tubuh mudah diserang sel kanker dan tidak memiliki kekuatan untuk menyerang balik.
Vincent Cogliano, salah satu anggota IARC bagian unit pengklasifikasian bahan karsionogen, mengatakan bahwa indikasi tersebut terbukti positif. Cogliano juga mengatakan terjadi kenaikan angka penderita kanker pada para pekerja malam, meski pihaknya belum memperhitungkan kemungkinan adanya faktor lain.
Jika memang bekerja shift malam memang benar-benar berbahaya, maka dapat dipastikan jutaan orang di dunia akan terkena imbasnya. Para ahli memperkirakan hampir 20 persen dari populasi pekerja di negara berkembang adalah pekerja malam.
Sebelumnya studi tentang kerja di malam hari ini pernah dilakukan pada 2001, sebuah tim dari Fred Hutchison Cancer Research Center di Seattle menemukan 60 persen wanita yang bekerja malam hari mengalami resiko kanker payudara lebih besar.
Beberapa tes yang dilakukan pada tikus juga mengalami perubahan ritme sirkadian bisa mengacu pertumbuhan sel tumor.
Sementara studi yang lain menyatakan pemadam kebakaran yang menghirup asap, bahan kimia, debu dan juga harus bekerja shift malam, memiliki resiko tinggi mengidap kanker dan serangan jantung.
Kerja shift juga berhubungan dengan respon tubuh terhadap cahaya. Richard Stevens, guru besar pakar Epidemiologi Kanker dari University of Connecticut health center juga mendukung keseimbangan terang dan gelap sangat diperlukan. Bahkan sebagian pengusaha mengadakan riset warna lampu, hasilnya, warna merah, yang kurang nyaman digunakan saat bekerja, justru paling tak berpengaruh pada produksi hormon melatonin, yang diproduksi saat malam.
Di sini bisa dipahami, mereka yang bekerja malam hari menjalani pola hidup yang terganggu, karena sistem penerangan saat bekerja di malam hari juga menjadi penyebab kanker. Karena cahaya lampu mampu mengeluarkan melatonin yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.
Maka dapat disimpulkan, keadaan pada setiap jadwal shift berbeda-beda dan tidak semua individu merasakan kepuasan kerja pada shift yang dijalani. Individu merasakan kepuasan terhadap pekerjaannya apabila dirinya melakukan pekerjaan dengan baik dengan tingkat kesalahan yang kecil, selain itu kerjasama kelompok dalam menyelesaikan pekerjaannya dapat mempengaruhi individu dalam merasakan kepuasan terhadap pekerjaannya. Kelompok yang dapat bekerjasama dengan baik dan memiliki hubungan yang harmonis antar karyawan lainnya cenderung dapat melakukan pekerjaan dengan baik sehingga hasil dari pekerjaannya tersebut dapat memberikan kepuasan terhadap diri karyawan. Biasanya kepuasan kerja yang dialami karyawan, apabila mereka mendapatkan jadwal dengan shift pagi atau siang. Ketika menjalani shift pagi atau siang, individu dan kelompoknya masih memiliki konsentrasi dan tingkat kefokusan yang baik sehingga ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaannya dapat mengurangi kesalahan atau kelalaian.

Lantas bagaimana shift kerja itu seharusnya diterapkan oleh perusahaan, beberapa penelitian pun dilakukan untuk mengurangi pengaruh negatif dari shift kerja, salah satunya adalah ILO. ILO membedakan 3 tipe shift kerja yaitu diskontinu, semikontinu dan kontinu. Shift juga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu shift permanen atau tetap dan dengan rotasi. Dua model shift konvensional yang umum dilakukan adalah:
 Continental Rota: 2-2-3 (2) / 2-3-2 (2) / 3-2-2 (3)
 Metropolitan Rota: 2-2-2 (2)
Rotasi yang digunakan pada penulisan diatas menunjukkan: pagi-siang-malam (libur).

Beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam penyusunan shift kerja antara lain:
a. Penggantian shift kerja sebaiknya dengan pola rotasi maju dengan waktu rotasi kurang dari 2 minggu dan dengan waktu libur rata-rata 2 hari/minggu.
b. Lama shift kerja sebaiknya tidak lebih dari 8 jam, jika lebih dari jam tersebut beban kerja sebaiknya dikurangi.
c. Pada pekerja dengan shift malam dianjurkan ada waktu tidur siang sebelumnya dan bila melaksanakan pekerjaan dengan pertimbangan khusus sebaiknya dilaksanakan sebelum jam 4 pagi agar kesalahan dapat dikurangi.
d. Aspek demografis seperti jenis kelamin dan umur perlu diperhatikan dalam penyusunan shift kerja.
Individu yang merasakan kepuasan kerja akan memberikan berbagai respon, antara lain dengan jumlah kehadiran yang baik, merasa senang dalam merasakan pekerjaan, serta menerima pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Begitupun sebaliknya, individu yang merasakan ketidakpuasan dalam pekerjaannya akan memberikan respon yang negatif, seperti kemangkiran dalam bekerja, jumlah kehadiran yang kurang, dan biasanya memiliki motivasi yang rendah terhadap pekerjaan yang dijalaninya.

Jumat, 19 Maret 2010

Efek Antropometri Terhadap Kinerja Karyawan dan Dampak Psikologisnya

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan" metri " yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
➢ Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dll )
➢ Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
➢ Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer dll.
➢ Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk tersebut.

Salah satu contoh antropometri adalah dalam perancangan stasiun kerja. Secara ideal perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan fungsi pokok dari komponen- komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam melaksanakan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja juga berfungsi menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat beban kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan tetapi berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia. Misalnya saja mesin kerja yang dapat digunakan dengan mudah dan aman maka tidak akan menimbulkan tingkat stres pada karyawan. Berbeda dengan jika mesin yang digunakan memiliki beban yang berat dan untuk menggunakannya pun dibutuhkan banyak tenaga, atau dalam hal keamanan pun masih masih rendah. Hal ini yang akan menimbulkan dampak psikologis bagi karyawan, selain stres, rasa takut, atau kecemasan bisa saja timbul. Karena itulah perhitungan masalah antropometri diperlukan.

Jumat, 26 Februari 2010

Masalah-Masalah Ergonomi yang Berkaitan dengan Efek Psikologis

Masalah-Masalah Ergonomi yang Berkaitan dengan Efek Psikologis

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita secara tidak sadar telah mamakai prinsip ergonomi. Namun karena istilah ini jarang kita pergunakan maka terasa sangat asing di telinga. Maka setelah istilah ergonomi itu kita pelajari baik pengertian maupun maksudnya barulah kita sadar bahwa kita sebenarnya kita sering menggunakan prinsip tersebut dalam keseharian kita.

Misalnya saja saat kita duduk di kursi yang nyaman saat mengetik sebuah laporan yang membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaiannya, maka kita bisa bekerja dengan lebih nyaman dan santai sehingga konsentrasi tetap terjaga, akibatnya hasil kerja kita juga baik. Sedangkan jika kursi yang kita pakai keras (tidak ada bantalannya), tidak ada senderannya, atau bahkan terlalu empuk, hal itu bisa berdampak pada hasil pekerjaan kita. Yang seharusnya bisa selesai dengan cepat dan dengan hasil yang memuaskan, tapi karena kursi yang kita duduki tidak nyaman atau terlalu nyaman maka pekerjaan yang seharusnya bisa cepat selesai menjadi lebih lambat, atau bahkan tidak selesai sama sekali (karena kursinya terlalu empuk sehingga membuat mata mengantuk dan akhirnya tertidur). Hal ini karena perhatian kita direbut oleh ketidaknyamanan posisi kerja kita.

Contoh lain mengenai ergonomi yang mungkin sehari-hari kita jumpai seperti kenyamanan saat berpergian dengan menggunakan kereta Jabodetabek. Misalnya saja kita bandingkan antara berpergian dengan menggunakan kereta ekonomi biasa dengan menggunakan kereta ekspres. Jelas desain kedua kereta ini berbeda, dari segi kenyamanan pun berbeda. Pada kereta ekonomi biasa, tempat duduk yang disediakan bagi penumpang keras, tidak berbantalan dan karena biasanya penumpang yang naik juga banyak maka duduknya pun berdesak-desakan. Bandingkan dengan tempat duduk pada kereta ekspres. Empuk dan sangat nyaman. Penumpang yang naik pun rata-rata tidak sebanyak di kereta ekonomi biasa. Sehingga penumpang pun bisa duduk dengan nyaman.
Dari segi kondisi udara pun sama, di kereta ekonomi biasanya udaranya sangat panas dan sumpek, karena memang sirkulasi udara yang masuk sedikit karena banyaknya penumpang yang naik. Berbeda dengan kereta ekspres yang di dalamnya terdapat AC, sangat sejuk dan nyaman. Jika dilihat dari segi psikologis para penumpangnya. Penumpang kereta ekonomi biasa rata-rata tingkat stres dan emosionalnya bisa sangat tinggi. Karena kondisi yang berdesakan, tempat duduk yang kurang nyaman, sirkulasi udara yang kurang, disertai ramainya suara pedagang yang meneriakkan barang dagangannya, sungguh sangat mungkin membuat penumpangnya menjadi emosional, dan stres. Lain halnya dengan penumpang kereta ekspres yang bisa duduk dengan nyaman, dengan udara yang sejuk, suasananya juga tenang maka tingkat stres dan emosi pun lebih rendah.
Posisi kita saat menggunakan laptop di lantai/tempat tidur, posisi kita saat mengangkat galon air minum, dan terutama berbagai posisi saat kita melakukan kerja merupakan banyak kasus pada ilmu ergonomi. Perhitungan, analisis dan perancangan ergonomi bertujuan untuk membuat alat kerja yang nyaman saat digunakan sehingga meningkatkan produktivitas kerja pemakai. Kesalahan posisi kerja memungkinkan seseorang menjadi mudah lelah, kurang konsentrasi dan bahkan pegal-pegal atau sakit pada bagian tertentu. Hal-hal ini juga dapat berdampak pada segi psikologis kita, seperti menjadi mudah marah, dan memicu tingkat stres yang lebih tinggi.
Fokus perhatian ergonomi adalah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia di dalam perencanaan man-made objects (proses perancangan produk) dan lingkungan kerja. Tujuan pokok ergonomi adalah terciptanya desain sistem manusia-mesin yang terpadu sehingga efektivitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.

Jumat, 12 Februari 2010

Fungsi Ergonomi dalam kelangsungan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan serta efek psikologisnya

Penerapan Ilmu Ergonomi dalam Berbagai Aspek Kehidupan Manusia

Masih sering munculnya masalah-masalah ketenagakerjaan, sedikitnya pengurangan resiko kecelakaan di rumah, di pabrik, di jalan, dan di tempat-tempat keramaian serta masih rendahnya daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional merupakan beberapa bukti dari kurang disentuhnya ergonomi dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal, dengan ergonomi, dapat diyakini bahwa kesehatan, keselamatan, kenyamanan, efisiensi dan produktivitas manusia, perusahaan maupun organisasi dimana manusia tersebut berkiprah akan meningkat.
Berbicara masalah ergonomi sangat erat kaitannya dengan alat, aktivitas, serta produk-produk yang dihasilkan oleh manusia. Karena ergonomi merupakan suatu ilmu yang multidisiplin, mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kedokteran, biologi, ilmu psikologi dan sosiologi. Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun makro.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai ergonomi, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai pengertian ergonomi itu sendiri.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon dan nomos: ergon berarti kerja, dan nomos berarti aturan, kaidah, atau prinsip. Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan, sistem kerja, dan lingkungan yang produktif, aman, nyaman dan efektif bagi manusia. Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapai dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).
Fokus utama pertimbangan ergonomi menurut Cormick dan Sanders (1992) adalah mempertimbangkan unsur manusia dalam perancangan objek, prosedur kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan metode pendekatannya adalah dengan mempelajari hubungan manusia, pekerjaan dan fasilitas pendukungnya, dengan harapan dapat sedini mungkin mencegah kelelahan yang terjadi akibat sikap atau posisi kerja yang keliru. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan adanya pengetahuan tentang kesesuaian, kepresisian, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan manusia dalam menggunakan hasil produk desain, yang kemudian dikembangkan dalam penyelidikan di bidang ergonomi.

Implikasinya dalam kehidupan ialah bahwa di dalam melaksanakan pekerjaan hendaknya manusia selalu menyadari bahwa ada aturan kerja yang harus dituruti. Menurut difinisi tadi prinsip dasar dalam ergonomi ialah menyesuaikan manusia dengan pekerjaannya. Kalau hal itu tidak dapat dipenuhi barulah menyesuaikan pekerjaan dengan manusianya. Manusia bukan hanya harus mendapatkan pekerjaan, tetapi pekerjaan yang diperoleh itu harus mampu memelihara harkat dan harga dirinya sebagai manusia. Dengan kata lain pekerjaannya harus manusiawi. Di dalamnya terkandung pengertian adanya jaminan keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya itu manusia bisa saja memakai peralatan kerja dan berada dalam lingkungan kerja tertentu. Peralatan kerja harus sesuai dengan manusia pemakai, lingkungan kerjanya harus mendukung fungsi tubuh yang sedang bekerja. Hal itulah yang dituju dalam pelaksanaan ergonomic di tempat kerja.

Tujuan Penerapan Ergonomi adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja , dan meningkatkan kepuasan kerja;
b. meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja;
c. berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkakan efisiensi sistem manusia-mesin.
Keuntungan Pelaksanaan Ergonomi
Keuntungan pelaksanaan ergonomi dapat dirasakan pada tingkat individu dan organisasi yang memiliki dampak fisik, psikis, dan sosio-teknis. Kedua-duanya akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerjanya.
1. Keuntungan pada tingkat individu adalah sebagai berikut:
a. menurunnya angka sakit akibat kerja.
b. menurunnya kecelakaan kerja
c. biaya pengobatan dan kompensasi berkurang
d. stress akibat kerja berkurang
e. produktivitas membaik
f. alur kerja bertambah baik
g. rasa aman karena bebas dari gangguan cedera
h. kepuasan kerja meningkat.

2. Keuntungan pada tingkat organisasi:
a. Meningkatkan unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan
c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang diperlukan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja

=>Maka efisiensi dan produktivitas tenaga kerja perusahaan akan meningkat.
=>Dengan situasi dan kondisi yang nyaman baik secara fisik maupun psikis, pekerja akan dapat bekerja dengan baik dan memberikan hasil yang optimal yang memuaskan perusahaan.


Contoh Penerapan Ergonomi dalam kehidupan sehari-hari
Dalam Bidang Kesehatan
Di bawah ini diberikan beberapa contoh penerapan ergonomi di bidang kesehatan.
1. Peralatan kantor (mubiler). Tinggi meja kerja agar sesuai dengan si pemakai, demikian pula dengan kursi kerjanya. Meja ketik berbeda tingginya dengan meja kerja lainnya. Lebar dan panjang meja kerja agar seuai dengan jangkauan ke depan dan ke samping pekerjanya. Rak penyimpanan obat hendaknya tidak melebihi jangkauan ke atas pekerjanya. Demikian pula dengan tempat tidur penderita, yang menjadi titik tolak ialah dokter pemeriksanya. Dalam melakukan pemeriksaan penderita sikap kerja dokter tidak membungkuk.
2. Lampu penerangan; Untuk pekerjaan teliti diperlukan penerangan sebesar 500-700 luks. Gudang cukup di sekitar 150- 200 luks. Bola lampu lebih panas efeknya dibandingkan dengan lampu neon. Untuk penerangan tempat kerja lebih baik memakai lampu neon.
3. Penempatan peralatan kerja; Di atas meja atau di dalam rak harus diatur barang-barang atau peralatan kerja sedemikian rupa, yang paling sering akan dipergunakan diletakkan paling dekat; yang paling jarang akan diambil diletakkan paling jauh dari jangkauan tubuh.
4. Warna dinding tempat kerja; Warna mengandung tiga arti (kesan), yaitu: kesan suhu, psikologis, dan jarak. Hendaknya warna cat tembok, kordin, taplak meja disesuaikan dengan peruntukkan ruangan sesuai dengan arti warna sebagai di bawah ini. Warna kesan jarak, kesan suhu, kesan psikis, Biru: jauh/luas, dingin, lembut. Hijau: jauh/luas, sangat dingin, sangat lembut. Merah: dekat, hangat, mengganggu. Jingga: sangat dekat, sangat hangat, merangsang. Kuning: dekat, sangat hangat, merangsang. Coklat: sangat dekat, netral, merangsang. Ungu: sangat dekat, dingin, agresif.
5. Informasi; Pemasangan informasi untuk penderita dan keluarga penderita yang berkunjung ke puskesmas atau RSU, hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelihatannya ergonomis. Besar huruf, pemilihan warna, serta pemasangan di papan/tembok supaya sesuai dengan jarak bacanya. Supaya huruf dapat berfungsi dengan baik, aturannya sebagai berikut: lebar huruf = 2/3 tinggitebal huruf = 1/6 tinggijarak 2 huruf = 1/5 tinggijarak 2 kata = 2/3 tinggi. Pemasangannya disesuaikan dengan sudut pandang subjek, jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Setelah itu baru pada tingkatan organisasi kerja yang lebih besar/luas yang melibatkan beberapa orang. Hal itu penting dilakukan untuk mencegah agar jangan kesan bahwa ergonomi itu mahal menjadi penghalang dalam pembudayaan ergonomi. Selaku masyarakat pekerja hendaknya menyadari bahwa dengan ergonomi kita dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat sepanjang masa.