Senin, 28 Desember 2009

Teori-Teori Tentang Kepuasan Kerja

Menurut Wexley dan Yulk, tiga macam teori mengenai kepuasan kerja :
1. Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)
Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai hal yang telah diperoleh dari pekerjaan dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan bila perbedaan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.
Contohnya : Bapak A adalah seorang karyawan yang mengharapkan pekerjaan yang dilakukannya memberikan hasil yang memuaskan sehingga ia mendapatkan pujian dari atasannya. Namun jika kenyataannya hasil pekerjaannya tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan atau tidak mendapat pujian dari atasannya, Bapak A akan merasa tidak puas.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak bergantung dari apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas situasi. Perasaan keadilan atau ketidakadilan atas suatu situasi diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor atau di tempat lain.
Contohnya: Bapak B akan merasa puas jika pekerjaannya dinilai berdasarkan standar objektivitas dari perusahaannya, bukan karena subjektivitas dari atasannya. Ketidakpuasan akan dirasakannya apabila atasannya bersikap dan menilai pekerjaannya berdasarkan situasi dan kondisi tertentu, ia akan merasa tidak adil jika pekerjaannya yang sebanding dengan pekerjaan rekan sekantornya mendapat penilaian yang kurang baik, sedangkan rekannya itu mendapatkan penilaian yang baik dari atasannya.

3. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)
Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan dua hal yang berbeda. Karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori Dissatisfier atau hygiene factor, dan Satisfier atau motivators.
Hygiene factor adalah faktor yang menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status. Keberadaan faktor-faktor ini tidak selalu menimbulkan kepuasan, tetapi ketidakberadaannya akan menimbulkan ketidakpuasan bagi karyawan.
Contohnya : Nyonya A mengalami kepusan kerja apabila ia mendapatkan gaji, atau insentif yang sebanding dengan apa yang telah dikerjakannya. Ia akan merasa tidak puas jika gaji atau insentif yang diharapkannya tidak sebanding dengan apa yang dikerjakannya.

Satisfier motivators adalah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja. Terdiri dari prestasi, pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan promosi. Ketidakberadaan kondisi ini bukan membuktikan kondisi yang tidak puas, tetapi keberadaannya akan membentuk motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Karena itu faktor-faktor ini disebut sebagai pemuas.
Contohnya: Nyonya B akan merasa puas dengan apa yang dikerjakannya karena adanya pengakuan, prestasi yang didapat serta promosi yang dijanjikan dari perusahaannya apabila ia dapat bekerja dengan lebih baik.

Dampak Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja :
1. Produktivitas atau kinerja (Lawler & Porter)
Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ganjaran ekstrinsik yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ganjaran ekstrinsik yang berasosiasi dengan unjuk kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja.
Contohnya : Seseorang yang mengharapkan adanya insentif atau hal-hal lain yang dapat memotivasinya (ganjaran intrinsik maupun ganjaran ekstrinsik) untuk bekerja dengan lebih giat lagi (produktivitas dan unjuk kerja) maka ia akan merasakan kepuasan jika harapannya tersebut tercapai. Jika dalam bekerja ia tidak memiliki motivasi serta harapan yang ingin dicapai yang dapat meningkatkan unjuk kerjanya maka walaupun unjuk kerjanya mengalami peningkatan ia tetap saja tidak akan merasakan kepuasan dalam pekerjaannya itu.

2. Ketidakhadiran atau Turn Over (Porter and Steers)
Ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih bersifat spontan sehingga kurang dapat mencerminkan kepuasan kerja. Berbeda dengan berhenti bekerja atau keluar dari pekerjaan, lebih besar kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
Contohnya: Seseorang yang sering tidak masuk kerja atau sering mengambil cuti tidak dapat dikatakan ia mengalami ketidakpuasan dalam pekerjaannya. Namun seseorang yang berhenti bekerja atau mengundurkan diri dari perusahaannya sudah pasti ia dapat dikatakan mengalami ketidakpuasan dalam pekerjaannya itu.

Cara Mengungkapkan Ketidakpuasan Kerja pada Karyawan :
Menurut Robbins, ketidakpuasan kerja karyawan dapat diungkapkan dalam berbagai macam cara. Berikut ini adalah lima cara dalam mengungkapkan ketidakpuasan kerja karyawan :
1. Keluar
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan pekerjaan, termasuk mencari pekerjaan lain.
2. Menyuarakan
Ketidakpuasan kerja diungkapkan melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasannya.
3. Mengabaikan
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, termasuk sering absen atau datang terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dibuat makin banyak.
4. Kesetiaan
Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu secara pasif sampai konsisinya menjadi lenig baik, termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar dan percaya bahwa organisasi dan menejemen akan melakukan hal yang tepat untuk memperbaiki kondisi.
5. Kesehatan
Meski kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan, hubungan kausalnya masih tidak jelas. Diduga bahwa kepuasan menunjang tingkat dari fungsi fisik mental dan kepuasan sendiri merupakan tanda dari kesehatan. Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya penurunan yang satu mempunyai akibai yang negatif bagi yang lain.

BEBERAPA CARA UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA

1. Menciptakan tantangan baru
Jika pekerja terjebak dalam sebuah pekerjaan karena kurang pendidikan atau penciutan perusahaan, tak selalu berarti pekerjaan itu membosankan. Dengan sedikit imajinasi, ciptakan tantangan baru dan lakukan yang terbaik untuk pekerjaan tersebut.
• Perbaiki keterampilan
Bayangkan Anda sudah memiliki pekerjaan impian, dan melihat diri Anda sebagai manajer proyek jempolan, orang yang percaya diri, dan sangat terorganisasi. Mengapa tidak menerapkan bayangan itu pada pekerjaan Anda sekarang?
• Buat proyek sendiri
Buat proyek yang bisa memotivasi dan memberi pekerja perasaan mengontrol. Mulailah dari mengatur perayaan ulang tahun di kantor, lalu setelah itu pekerja membuat proyek yang lebih besar. Pekerja juga bisa melakukan sesuatu yang bisa meningkatkan rasa percaya diri.
• Membantu anak baru
Setelah menguasai sebuah pekerjaan, pekerja akan mendapati pekerjaan sebagai rutinitas. Bantulah rekan kerja baru untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ini bisa memperbarui tantangan dan kepuasan yang pekerja inginkan.

2. Kalahkan Kebosanan
• Ubah hal monoton
Ambil cuti lalu melakukan kegiatan seperti membaca, mendengarkan musik, jalan-jalan, atau menulis surat untuk sahabat.
• Minta penugasan baru
Apakah pekerjaan pekerja termasuk melakukan hal yang berulang seperti memasukkan data ke database atau bekerja di ban berjalan? Bicaralah dengan atasan, minta pelatihan tugas berbeda untuk mengatasi kebosanan. Setelah selesai, pekerja bisa kembali ke tugas semula.
• Lakukan tugas sukarelawan
Bila pekerja mendengar perusahaan meluncurkan proyek baru, jadilah seorang sukarelawan untuk masuk dalam tim proyek itu.
• Minta tantangan baru
Jika bos pekerja cukup enak diajak bicara, katakanlah bahwa Anda merasa sedikit bosan dengan pekerjaan sekarang dan ingin sebuah tantangan baru.

3. Berpikir Positif
Mengubah sikap soal pekerjaan memang tak bisa sekejap. Cobalah teknik ini untuk menyadari cara pikir Anda:
• Berhenti berpikir negatif
Perhatikan pesan-pesan dari otak untuk diri sendiri. Ketika mendapati diri sendiri berpikir bahwa pekerjaan sekarang membosankan, segera hentikan pikiran itu.
• Kembalikan pada perspektif yang benar
Ingat bahwa semua orang pernah mengalami hari baik dan hari buruk di tempat kerja.
• Cari hikmahnya
Mungkin pekerja pernah menerima penilaian yang buruk dari atasan dan dia minta pekerja memperbaiki kinerja. Jangan diambil hati dan langsung mencari pekerjaan baru. Cobalah cari hikmahnya. Mungkin itu berarti kesempatan mengikuti pelatihan baru, mendapat ilmu baru, dan pekerja bisa menunjukkan kepada atasan bahwa pekerja mampu berubah dan memperbaiki kinerja.
• Belajar dari kesalahan
Kegagalan adalah alat pembelajaran yang paling hebat, sayangnya banyak orang membiarkan kegagalan mengalahkan mereka. Ketika gagal di pekerjaan, belajarlah dan coba lagi.
• Bersyukur
Rasa syukur dapat membantu pekerja fokus pada hal-hal baik yang ada di perusahaan pekerja.

Contoh Kasus
Kepuasan kerja (Job satisfaction) adalah keadaan emosional yang dirasakan oleh pegawai dalam memandang pekerjaan mereka apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan. Bila suatu pekerjaan dianggap menyenangkan ada dua kemungkinan yang dapat terjadi yakni pegawai tersebut bersikap lebih produktif/berprestasi atau bersikap jalan ditempat/stagnan.

Sebaliknya bila suatu pekerjaan dianggap tidak/kurang menyenangkan akan muncul pula dua kemungkinan yakni karyawan tersebut bersikap stagnan dengan cara berusaha bertahan semampunya untuk melawan perasaan tidak menyenangkan itu atau bersikap apatis/ekstrim sehingga tidak perduli dengan produktifitas/prestasi kerjanya lagi.

Nyonya B adalah salah satu komikus ternama di Jepang. Banyak karya-karyanya yang telah sukses terjual di pasaran. Setiap kali nyonya B membuat cerita baru untuk komiknya ia selalu merasa senang, dan sangat bersemangat. Apalagi bila komiknya disukai oleh pembacanya, serta dapat memberikan kepuasan bagi pembacanya. Kadang ada pembaca yang sering mengomentari komiknya, namun hal ini dijadikannya sebagai masukan agar di kedepannya ia bisa lebig baik lagi dalam menghasilkan komik-komik yang disukai oleh pembacanya. Bagi nyonya B menjadi seorang komikus itu sangat menyenangkan, sehingga ia akan selalu berusaha agar komik terbarunya dapat digemari oleh pembacanya serta penjualan komiknya ini bisa naik persentasenya daripada penjualan komik sebelumnya.

Nyonya B merupakan contoh dari seseorang yang mengalami kepuasan kerja. Ia menyenangi pekerjaaannya itu sehingga memotivasinya agar dapat meningkatkan prestasinya. Nyonya B bersikap lebih produktif karena merasa puas apabila pekerjaannya itu dihargai dengan kepuasan dari pembacanya. Ia juga senantiasa melakukan peningkatan keterampilannya agar pekerjaannya ini menghasikan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya sehingga prestasinya pun dapat meningkat. Apabila prestasinya meningkat maka penjualan komiknya juga meningkat sehingga penghasilannya pun meningkat.

Sabtu, 19 Desember 2009

SIKAP PEKERJA DAN KEPUASAN KERJA

Batasan Locke mengenai kepuasan kerja adalah tenaga kerja yang puas dengan pekerjaanya merasa senang dengan pekerjaannya. Adanya dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan dan harus membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.

Terdapat tiga model yang mencerminkan hubungan-hubungan yang berbeda antara sikap dan motivasi untuk berunjuk-kerja secara efektif.
1. Model A
Kondisi Kerja Sikap Kerja ® Motivasi Kerja ® Unjuk Kerja
Manajemen perlu menciptakan kondisi kerja yang menimbulkan sikap kerja yang positif terhadap pekerjaan dan organisasi.Sikap kerja yang positif menyebabkan tenaga kerja bekerja keras sehingga cenderung menjadi efektif.
2. Model B
Kondisi Kerja ® Motivasi Kerja ® Unjuk Kerja ® Sikap Kerja
Perhatian manajemen secara langsung perlu ditujukan kepada tindakan yang dapat meyakinkan bahwa para tenaga kerja akan bekerja keras, bahwa mereka memiliki peluang untuk berunjuk-kerja secara memuaskan dan bahwa mereka mendapat cukup balikan tentang hasil unjuk-kerjanya ini.
3. Model C
Kondisi Kerja 1 ® Motivasi Kerja 1 ®Sikap Kerja
Kondisi Kerja 2 ® Motivasi Kerja 2 ® Unjuk-Kerja

Tidak ada hubungan kausal secara langsung antara sikap kerja dan unjuk-kerja. Manajemen perlu melakukan serangkaian tindakan tertentu jika menginginkan timbulnya sikap kerja yang positif dan perlu melakukan serangkaian tindakan yang lain jika menginginkan memotivasi para tenga kerja untuk mencapai tingkat unjuk-kerja yang lebih tinggi.


TEORI-TEORI KEPUASAN KERJA
1.Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)
Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknyaKepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi harapannya. ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.

2.Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain.

3.Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)
Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu dinamakan Dissatisfier atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier atau motivators.

HUBUNGAN PELAKSANAAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA

Secara empirik dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan produktivitas. Kepuasan kerja yang tinggi dapat membuat karyawan bekerja dengan lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikologis. Karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik biasanya mempunyai catatan kehadiran, perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik dibandingkan dengan karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan kerja memiliki arti yang sangat penting untuk memberikan situasi yang kondusif di lingkungan perusahaan.


FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUASAN KERJA
1. Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan (Keragaman Keterampilan, Jati Diri Tugas, Tugas yang Penting, Otonomi, dan Pemberian Balikan pada Pekerjaan).
2. Gaji Penghasilan, Imbalan yang Dirasakan Adil ( Equitable Reward).
3. Penyeliaan.
4. Rekan-rekan Sejawat yang Menunjang.
5. Kondisi Kerja yang Menunjang.

DAMPAK DARI KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN KERJA
1. Dampak terhadap Produktivitas
2. Dampak terhadap Ketidakpuasan (Absenteisme) dan Keluarnya Tenaga Kerja (TurnOver)
3. Dampak terhadap Kesehatan